Menyusuri Jejak Kincir Angin Vertikal Pertama di Persia

Senin, 28 April 2025 22:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Persiapkan Tanam Padi, Petani Kecapangan Ngoro Singkal Sawah
Iklan

Ternyata Kincir Angin Pertama Ada Di Persia

Menyusuri Jejak Kincir Angin Vertikal Pertama di Persia

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat mengingat kincir angin, tidak jarang imajinasi kita terbang ke kincir-kincir raksasa berderet di Belanda, atau baling‐baling besar megah di padang gurun Amerika. Namun sebenarnya, roda‐roda kayu yang menggunakan hembusan angin untuk menggerakkan poros telah lebih dahulu dikembangkan di daerah Sistan, perbatasan Iran–Afghanistan modern, sekitar abad ke-9 Masehi.

Desain "panemone"—sebuah nama yang kemudian menjadi populer dalam literatur teknik—mengaplikasikan poros vertikal dengan barisan layar anyaman date palm atau kayu ringan. Ketika angin bertiup, layar‐layar ini menangkap daya dorong sehingga keseluruhan poros berputar, meneruskan energi langsung ke batu giru untuk menggiling gandum, atau ke pompa sederhana yang mengirim air ke irigasi lahan pertanian. Kesederhanaannya justru menjadikan model ini kuat: sangat sedikit bagian yang aus, dan dapat diperbaiki oleh tukang lokal hanya dengan alat manual.

 

Di balik inovasi ini, terdapat kisah yang menambah daya pikatnya. Legenda menyebutkan bahwa Abu Luʾluʾa Firuz—seorang insinyur Persia yang kelak dikenal dalam sumber‐sumber Arab sebagai pembuat senjata—berjanji kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa ia akan menciptakan “kincir angin yang akan dibicarakan oleh dunia.” Meski bukti tertulis tertua baru muncul beberapa abad kemudian, keyakinan akan kejeniusan para insinyur Sistan tetap hidup, diturunkan lewat tradisi lisan di desa‐desa oasis.

 

Berbeda dengan kincir poros horizontal Eropa yang mulai populer pada abad ke-12, sistem panemone menekankan kemudahan adaptasi material setempat: anyaman, kayu palma, hingga talang‐talang bambu. Baru pada abad ke-10 sampai ke-11, teknik ini “diimpor” ke dunia Islam tengah dan lalu menyebar hingga pantai selatan China, sebelum akhirnya lahir pula kincir arsitektur unik di Balkan dan Spanyol Moor.

 

Di era modern, beberapa museum teknologi di Teheran dan Herat merekonstruksi model‐model awal ini sebagai wujud penghormatan terhadap warisan teknik kuno. Pengunjung bisa melihat langsung bagaimana poros berputar pelan memecah bulir gandum menjadi tepung, atau memompa air hingga mencapai ketinggian beberapa meter—sebuah pengingat bahwa arsitektur sederhana sekalipun, bila dipadukan dengan pengetahuan lokal, mampu membawa perubahan besar bagi peradaban.

 

Melalui mata angin Sistan, kita diajak melihat bahwa inovasi tidak selalu lahir dari megahnya pabrik atau laboratorium mutakhir. Kadang, gagasan cemerlang hadir dari keterbatasan bahan baku setempat, kreativitas tangan‐tangan terampil, dan keberanian untuk membiarkan alam—angin—yang memimpin.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Azki Faishal

Penulis Artikel dan Cerpen

0 Pengikut

img-content

Lebaran Terakhir

Sabtu, 5 April 2025 16:57 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Travel

img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Travel

Lihat semua